
Cara Bijak Menghadapi Anak Tantrum
Majalahkartini.com – Tantrum adalah bagian alami dari perkembangan anak, terutama pada usia balita. Ledakan emosi ini bisa terjadi saat anak merasa frustrasi, lelah, lapar, atau tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan. Meskipun sering kali membuat orang tua kewalahan, ini sebenarnya merupakan cara anak mengekspresikan perasaan mereka sebelum mereka mampu mengomunikasikannya dengan kata-kata. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memahami cara bijak menghadapi tantrum agar anak dapat belajar mengelola emosinya dengan lebih baik.
1. Mengapa Anak Mengalami Tantrum?
Tantrum biasanya terjadi karena beberapa alasan utama, seperti:
- Ketidakmampuan Mengungkapkan Perasaan: Anak kecil belum memiliki keterampilan verbal yang cukup untuk menyampaikan keinginan atau kebutuhannya.
- Frustrasi atau Kelelahan: Saat anak merasa terlalu lelah, lapar, atau tidak nyaman, mereka lebih mudah mengalami tantrum.
- Mencari Perhatian: Beberapa tantrum terjadi karena anak ingin mendapatkan perhatian dari orang tua atau orang di sekitarnya.
- Mengembangkan Kemandirian: Anak mulai ingin melakukan sesuatu sendiri, tetapi ketika mereka merasa kesulitan, tantrum bisa menjadi reaksi spontan.
2. Cara Bijak Menghadapi Tantrum Anak
A. Tetap Tenang dan Jangan Ikut Emosi
Penting bagi orang tua untuk tetap tenang saat menghadapi anak. Jika Anda ikut marah atau frustrasi, situasi bisa semakin buruk. Tarik napas dalam-dalam dan ingat bahwa tantrum adalah bagian dari proses perkembangan anak.
B. Beri Ruang untuk Anak Meluapkan Emosi
Kadang-kadang, anak hanya butuh waktu untuk menenangkan diri. Biarkan mereka menangis sejenak tanpa langsung dihentikan, tetapi tetap awasi agar mereka tidak melukai diri sendiri atau orang lain.
C. Jangan Memberikan Apa yang Anak InginkanÂ
Jika tantrum terjadi karena anak ingin sesuatu, hindari langsung menyerah hanya untuk menghentikan tangisannya. Ini bisa membuat anak belajar bahwa menangis atau marah adalah cara efektif untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.
D. Gunakan Nada Suara Lembut dan Tegas
Bicara dengan anak menggunakan suara yang lembut tetapi tetap tegas. Misalnya, Anda bisa berkata, “Ibu/Bapak tahu kamu marah, tapi kita harus bicara dengan baik agar bisa mengerti apa yang kamu mau.”
E. Arahkan Anak untuk Mengungkapkan Perasaan dengan Kata-Kata
Jika anak sudah mulai bisa berbicara, ajarkan mereka untuk menyampaikan emosinya dengan kata-kata, misalnya dengan mengatakan, “Aku marah karena mainanku diambil.” Ini membantu anak memahami perasaannya dan mengurangi kemungkinan tantrum di masa depan.
F. Alihkan Perhatian Anak
Ketika tantrum mulai terjadi, coba alihkan perhatian anak ke hal lain yang lebih positif, seperti menawarkan mainan, mengajaknya membaca buku, atau bernyanyi bersama.
G. Beri Pelukan atau Sentuhan yang Menenangkan
Beberapa anak bisa lebih cepat tenang dengan pelukan atau sentuhan lembut dari orang tua. Ini memberi mereka rasa aman dan membuat mereka tahu bahwa Anda tetap ada untuk mereka, bahkan saat mereka sedang marah.
H. Konsisten dalam Menerapkan Aturan
Jika Anda menetapkan aturan, pastikan untuk selalu konsisten. Jika anak dibiarkan mendapatkan sesuatu dengan tantrum sekali, mereka mungkin akan mengulanginya lagi di lain waktu.
I. Ajarkan Teknik Relaksasi Sejak Dini
Ajarkan anak teknik sederhana seperti menarik napas dalam-dalam atau menghitung sampai lima saat mereka mulai merasa marah. Ini bisa membantu mereka belajar mengendalikan emosinya dengan lebih baik.
3. Kapan Harus Khawatir?
Tantrum adalah hal yang wajar, tetapi jika anak mengalaminya terlalu sering, berlangsung lama, atau disertai perilaku agresif seperti melukai diri sendiri atau orang lain, mungkin ada faktor lain yang perlu diperhatikan. Jika hal ini terjadi, pertimbangkan untuk berkonsultasi dengan dokter atau psikolog anak untuk mendapatkan saran yang lebih spesifik.
Tantrum adalah bagian dari perkembangan anak yang normal, tetapi cara orang tua dalam meresponsnya sangat berpengaruh terhadap perkembangan emosional anak di masa depan. Dengan tetap tenang, memberikan pendekatan yang tepat, dan mengajarkan anak cara mengekspresikan emosinya dengan baik, maka bisa dihadapi dengan lebih bijak. Ingatlah bahwa kesabaran dan konsistensi adalah kunci utama dalam mendidik anak agar tumbuh menjadi individu yang lebih tenang dan mampu mengelola emosinya dengan baik.
