Hari Raya Nyepi, Ini 5 Fakta Unik yang Tak Banyak Diketahui
Majalahkartini.com – Nyepi adalah festival agama Hindu yang dirayakan setiap Tahun Baru Saka. Masyarakat Hindu di Bali setiap tahun menyelenggarakan upacara adat.
Tujuan utama perayaan Nyepi adalah memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk mensucikan Bhuana Ali (alam manusia/mikrokosmos) dan Bhuana Agung (alam semesta/makrokosmos).
Nyepi berlangsung mulai pukul 06:00 hingga 06:00 keesokan harinya. Pada hari Nyepi, umat Hindu dianjurkan untuk melakukan empat tindakan atau yang dikenal dengan Catur Brata Penyepia, yang terdiri dari:
Pertama, Amati Geni yang artinya tidak ada api. Api yang dimaksud terkait dengan kemarahan, iri hati, dan pikiran tidak baik.
Kedua, Amati Karya, artinya tidak bekerja. Umat Hindu diminta untuk tidak melakukan kegiatan apapun kecuali menggunakan waktu untuk introspeksi dan introspeksi diri.
Ketiga, Amati Lelungan, artinya tidak boleh keluar rumah. Ini untuk mencegah kerusakan alam akibat ulah manusia.
Keempat, Amati Lelanguan, artinya tidak bersenang-senang atau menikmati hiburan. Saat sedang tidak bersenang-senang, umat Hindu bisa fokus pada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa.
Namun tahukah sobat PRIMA, dibalik kekhidmatan perayaan Nyepi ini ternyata ada beberapa fakta unik Nyepi yang mungkin belum banyak diketahui yaitu:
5 Fakta Unik Hari Raya Nyepi
1. Terinspirasi oleh “Hari Hening Sedunia”
Hari Hening Sedunia yang diperingati setiap tahun pada tanggal 21 Maret ini rupanya terinspirasi dari Hari Raya Nyepi di Bali.
Perayaan Nyepi diyakini membawa banyak manfaat bagi negeri ini. Hari Hening Sedunia diprakarsai oleh Triple-C, Cooperation for Climate Change, sebuah asosiasi LSM Bali, pada Konferensi Pemanasan Global (UNFCCC) di Bali pada tahun 2007.
Gerakan ini bertujuan untuk mencegah tindakan perusakan bumi seperti pemanasan global atau perubahan iklim.
2. Hemat listrik 60D
Perayaan 44 Hari Raya Nyepi di Bali dianggap sebagai tradisi yang sangat menguntungkan dan bermanfaat untuk menghemat lahan dan tenaga.
Padahal, perayaan Nyepi di Bali bisa menghemat konsumsi listrik hingga 60 persen dalam satu hari, yakni 290 megawatt, yakni sekitar Rp 4 miliar.
3. Pengurangan emisi karbon
Selama hari raya Nyepi, emisi karbon berkurang hingga 20.000 ton per hari. Telah dibuktikan secara ilmiah bahwa perayaan Nyepi mengurangi emisi melalui pengurangan listrik, pengurangan transportasi, pengurangan sampah dan sampah, serta pengurangan bahan bakar dan kayu bakar.
4. Penghematan bahan bakar Rp 3 miliar
Saat perayaan Nyepi, penghematan bahan bakar mencapai 500.000 liter atau Rp 3 miliar. Pasalnya, pembatasan perjalanan diberlakukan selama perayaan Nyepi.
Itu sebabnya semua kendaraan diparkir di rumah. Sekolah dan kantor juga harus ditutup. Selain itu, pengoperasian dua pembangkit listrik di Bali dihentikan.
Dua pembangkit tersebut adalah Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Pemaron yang rata-rata menghasilkan listrik 80 MW, dan Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Gilimanuk yang rata-rata menghasilkan listrik 130 MW.
5. Istirahat yang baik
Merayakan hari raya Nyepi sebenarnya memiliki makna yang dalam dan mulia, yaitu kehidupan yang seimbang dan harmonis, karena membawa ketentraman dan kedamaian bagi kehidupan manusia dan alam.
Suasana damai seperti itu sulit ditemukan, apalagi di masyarakat perkotaan yang selalu disibukkan dengan rutinitas yang padat.